Museum Negeri Sumsel Gelar Workshop Kerajinan LAK: Bangkitkan Kembali Seni Lak Palembang ke Panggung Dunia
INDOTIMES.id, PALEMBANG – Museum Negeri Sumatera Selatan kembali menyalakan semangat pelestarian budaya daerah dengan menggelar Workshop Kerajinan Lak bertajuk “Dari Rumah Limas, Merambah Dunia”, Rabu (29/10/2025).
Workshop ini di buka oleh Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, Pandji Tjahyanto, S. Hut, M.Si, Dalam sambutannya, Ia menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Warisan budaya seperti seni lak ini tidak boleh hanya menjadi kenangan. Melalui kegiatan seperti workshop hari ini, kita berupaya menyalakan kembali semangat generasi muda untuk mengenal, memahami, dan mengembangkan kekayaan budaya daerah,” ujar Pandji.
Ia menegaskan bahwa pemerintah provinsi terus berkomitmen mendukung pelestarian budaya lokal melalui kolaborasi antara museum, pengrajin, dan masyarakat.
“Sumatera Selatan kaya dengan nilai sejarah dan estetika. Tugas kita memastikan nilai-nilai itu terus hidup dan relevan di masa kini,” tambahnya.
Semantara itu, Plh Kepala Museum Negeri Sumatera Selatan, Amrullah, S.H, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata komitmen museum dalam menjaga warisan leluhur.
“Melalui tema ‘Dari Rumah Limas, Merambah Dunia’, kami ingin menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya Sumatera Selatan bisa tetap hidup dan beradaptasi dengan zaman. Museum bukan hanya tempat menyimpan benda sejarah, tapi juga ruang hidup bagi pengetahuan dan kreativitas,” tutur Amrullah.
Ia juga menyampaikan bahwa ke depan Museum Negeri Sumsel akan terus berinovasi dalam menghadirkan kegiatan edukatif yang mempertemukan pelaku budaya, akademisi, dan masyarakat.
Kegiatan ini menghadirkan dua tokoh penting di bidang kebudayaan Palembang — Drs. R.M. Al Hanafiah, M.M., budayawan sekaligus keturunan Sultan Palembang, dan Achmad Firdaus, pengrajin lak senior yang telah menekuni seni ini sejak 1992.
Seni lak Palembang, yang dikenal pula dengan sebutan Ambalau, merupakan tradisi pelapisan kayu khas Palembang yang dahulu menjadi bagian penting dari kemegahan Rumah Limas, rumah adat Sumatera Selatan.
Makna dan Filosofi di Balik Lak Palembang
Dalam pemaparannya, Drs. R.M. Al Hanafiah, M.M. menjelaskan bahwa istilah “lak” berasal dari kata Laccifer lacca, sejenis serangga yang menghasilkan resin alami. Resin ini digunakan sebagai pelapis kayu, rotan, hingga bambu, bukan sekadar untuk memperindah, tetapi juga untuk melambangkan spiritualitas dan doa.
“Lak bukan melukis, tapi melapisi. Di setiap lapisan ada makna kesabaran, ketelitian, dan harapan akan kemakmuran,” jelas Hanafiah.
Motif dalam seni lak pun sarat simbol: Naga Swidak melambangkan kekuasaan, Burung Hong berarti kehormatan, dan Qilin menggambarkan kebijaksanaan.
Warna yang digunakan juga berfilsafat — kuning emas berarti kesejahteraan, hitam melambangkan ketenangan batin, dan merah manggis menggambarkan ketulusan hati.
Proses dan Ketelatenan Pengrajin
Pengrajin Achmad Firdaus memperagakan langsung proses pembuatan lak, mulai dari pembentukan kayu, pelapisan dasar, pewarnaan, hingga tahap akhir ngebal yang menghasilkan efek mengkilap khas.
“Setiap tahap menuntut kesabaran. Kalau cuaca lembap saja, proses bisa lebih lama. Tapi di situlah seninya — keindahan lahir dari ketekunan,” ujarnya.
Firdaus juga mengungkapkan harapannya agar seni lak kembali digemari. “Kalau bukan kita yang melanjutkan, siapa lagi? Lak ini bukan sekadar kerajinan, tapi cermin sejarah dan karakter Palembang,” katanya.
Kegiatan ini turut dihadiri Ibu Pangdam II/Sriwijaya, Mayjen TNI Ujang Darwis, selaku Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah II/Sriwijaya, yang terlihat antusias mengikuti proses pembuatan kerajinan lak dan bahkan membeli langsung hasil karya pengrajin.
Dengan semangat pelestarian yang menyala, seni Lak Palembang kini tak hanya menjadi artefak sejarah, melainkan inspirasi bagi generasi baru untuk terus melapisi masa depan dengan nilai-nilai luhur budaya leluhur.
