Kisah Haru Lansia di Musi Rawas: Kehidupan di Pondok Reot dan Harapan Bantuan
Musi Rawas, (indotimes) – Di sebuah pondok kecil yang hampir tak layak huni, Abus, pria berusia sekitar 70 tahun, bersama istrinya menjalani hari-hari mereka dengan kondisi yang memprihatinkan.
Pondok tersebut, terletak di Desa Muara Kati Baru II Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK) Kabupaten Musi Rawas, hanya berdindingkan seng bekas dan terlihat rapuh.
Kehidupan mereka sangat bergantung pada belas kasihan tetangga dan bantuan pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sembako. Usia yang sudah lanjut serta penglihatan Abus yang semakin rabun membuat mereka tidak bisa bekerja lagi.
Kondisi ini terungkap ketika Dinas Sosial (Dinsos) Musi Rawas memberikan bantuan kepada Aliman alias Man (52), yang juga hidup sebatang kara di sebuah pondok di kebun warga Desa Simpang Gegas Temuan Kecamatan TPK.
“Saat itu, kami memberikan bantuan kepada Aliman yang mengaku masih memiliki keluarga di Desa Muara Kati Baru II,” kata Yusi Anedi, Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Musi Rawas, Jumat (19/07/2024).
Penelusuran lebih lanjut mengungkap bahwa Abus adalah ayah kandung dari Aliman, dan istrinya adalah ibu tiri Aliman. Mengetahui hal ini, pihak Dinsos segera mengunjungi Abus dan istrinya, memberikan bantuan berupa sandang dan pangan.
Tak hanya itu, Dinsos bersama pendamping PKH berencana mengupayakan bantuan bedah rumah melalui BAZNAS atau Dinas Perumahan. “Camat sudah setuju dan siap membantu jika ada kekurangan administrasi seperti surat tanah dan lainnya, kebetulan itu tanahnya pribadi,” jelas Yusi.
Menurut Yusi, bantuan bedah rumah sangat penting mengingat kondisi pondok Abus dan istrinya yang sangat memprihatinkan. “Pondok itu sudah sangat tidak layak ditempati karena dindingnya saja dari seng bekas,” tegasnya.
Selain itu, sepasang lansia ini awalnya tidak terdaftar dalam BPJS, namun kini sudah diurus. “Untuk Kartu Indonesia Sehat (KIS), kami sudah koordinasi dengan Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) dan sudah diaktifkan,” tutup Yusi.
Kisah Abus dan istrinya menggugah hati banyak pihak untuk peduli terhadap nasib para lansia yang hidup dalam kesulitan, berharap bantuan yang diberikan dapat memberikan kehidupan yang lebih layak bagi mereka.