Bencana Sumatera: Setengah Juta Warga Mengungsi, WHO: Penanganan Kesehatan Tak Cukup Hanya Dirikan Klinik Darurat
![]() |
| Saat Gubernur Sumut, Bobby Nasution, kunjungi pengungsi korban bencana Sumatera. (foto: istimewa) |
indotimes.id, JAKARTA — Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra memaksa lebih dari setengah juta warga mengungsi. Dalam situasi darurat ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus mantan Direktur Penyakit Menular WHO, Prof Tjandra Yoga Aditama, menegaskan bahwa penanganan kesehatan pengungsi tidak boleh sekadar mengandalkan keberadaan klinik darurat.
“Setidaknya ada lima hal yang perlu dilakukan bagi kesehatan para pengungsi, dan tentu tidak bisa hanya dengan membuka klinik darurat saja,” ujar Prof Tjandra dalam keterangannya, Rabu (3/12/2025).
Tiga Komponen Utama: Gizi, Kebersihan, dan Istirahat
Prof Tjandra menyoroti tiga kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi di lokasi pengungsian: asupan makanan bergizi, kebersihan lingkungan, dan waktu istirahat yang layak.
Ia menekankan bahwa bantuan makanan tidak boleh bergantung pada satu jenis saja.
“Makanan harus diupayakan nilai gizinya dan tidak bisa sepenuhnya tergantung dari mi instan,” ujarnya.
Selain itu, kehadiran tim sanitasi di setiap kamp pengungsian dinilai wajib. Mereka bertugas menjaga sistem pembuangan air, memastikan fasilitas toilet dan kamar mandi memadai, mengatur ventilasi, hingga mengendalikan serangga seperti lalat dan nyamuk.
“Harus ada tim sanitasi dan kesehatan lingkungan di setiap kamp pengungsi,” tegas Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tersebut.
Ancaman Penyakit Pasca-Bencana
Menurut Prof Tjandra, lonjakan kasus penyakit setelah bencana besar hampir selalu terjadi. Karena itu, pengawasan epidemiologi perlu dilakukan ketat agar peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi. Penanganan penyakit akut seperti ISPA dan diare harus dipersiapkan, termasuk upaya pencegahan penularannya.
Ia juga mengingatkan pentingnya imunisasi rutin anak, yang tidak boleh terputus meski kondisi pengungsian sangat terbatas.
Perhatian untuk Penyakit Tidak Menular
Selain ancaman penyakit menular, banyak pengungsi memiliki penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes. Obat rutin mereka tidak boleh terhenti, dan kondisi kesehatan harus dipantau secara berkala agar tidak memburuk selama masa pengungsian.
Dengan jumlah pengungsi yang sangat besar dan risiko kesehatan yang kompleks, Prof Tjandra menegaskan bahwa penanganan kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh, terkoordinasi, dan tidak berhenti pada layanan medis dasar saja. (Red)


