Viral! SDN 137 Palembang Cuma Dapat 4 Murid Baru, Ini Deretan Fakta Pilunya
![]() |
Foto: SDN 137 Palembang (istimewa). |
INDOTIMES.ID, Palembang – SD Negeri 137 Palembang mendadak jadi sorotan publik setelah hanya menerima empat siswa baru pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2025.
Padahal, sekolah yang berada di Jalan Kapten Cek Syeh, kawasan Rumah Susun (Rusun) 24 Ilir ini pernah menjadi sekolah favorit yang ramai peminat.
Kini, sekolah itu tampak lengang, dan bangunan tua mulai menunjukkan kerusakan. Gedung dua lantainya terlihat kusam, plafon berlubang, dan atap seng sudah mulai lepas.
Salah satu ruang kelas bahkan masih berbentuk semi permanen dari kayu—karena termasuk bangunan cagar budaya yang tak boleh direnovasi sembarangan.
Kuota 84, yang Daftar Hanya 10 Orang
Kepala SDN 137 Palembang, Emi Rosmita, menjelaskan bahwa meskipun kuota siswa baru tahun ini mencapai 84 orang, jumlah pendaftar yang diterima hanya 10 siswa, dan hanya empat yang mendaftar secara online sesuai jadwal. Selebihnya datang langsung setelah diberikan kelonggaran oleh pihak sekolah.
“Sebagian besar wali murid tidak punya handphone atau tidak paham cara daftar online. Jadi kami bantu pendaftaran di sekolah agar tidak ada anak yang putus sekolah,” kata Emi, Senin (23/6/2025).
Dulu Favorit, Sekarang Sunyi
Seorang alumni, Lidya, mengaku prihatin melihat kondisi sekolah yang dulu ia banggakan. “Dulu ramai, sekarang sepi. Padahal kualitas sekolah ini bagus. Sayang sekali,” ucap Lidya yang lulus tahun 2017.
Data menunjukkan, tahun lalu SDN 137 masih menerima 19 murid baru, dan tahun ini meluluskan 29 siswa kelas 6. Namun anjloknya jumlah murid baru jadi sinyal serius bagi kelangsungan operasional sekolah.
Bersaing Ketat di Kawasan Padat Sekolah
Minimnya jumlah pendaftar disebut karena banyaknya sekolah lain di sekitar rusun 24 Ilir. Setidaknya terdapat empat sekolah lain, terdiri dari tiga SD negeri dan satu SD swasta. Bahkan, SDN 138 hanya berjarak sekitar 500 meter dari SDN 137.
Selain itu, Emi menyebut bahwa jumlah anak usia sekolah di kawasan sekitar juga menurun drastis. “Banyak yang sudah lulus SD, dan anak kecil makin sedikit. Orang tua di sini pun banyak yang tidak terlalu peduli sekolah anak dekat rumah,” ujarnya.
Fasilitas Terbatas, Bangunan Mulai Rusak
Kondisi fisik sekolah jadi persoalan lain. Salah satu bangunan tua di sekolah tidak bisa direnovasi karena berstatus cagar budaya, sementara gedung dua lantai lainnya mulai rusak dan tampak kumuh.
Emi berharap agar Dinas Pendidikan bisa segera turun tangan untuk memperbaiki fasilitas dan memberi perhatian pada sekolah-sekolah yang mulai sepi peminat.
Namun, ia juga menyadari bahwa bantuan renovasi biasanya mengikuti minat masyarakat. “Kalau siswa yang daftar sedikit, tentu prioritas bantuan juga rendah,” jelasnya. (Sb)