Reuni di Piala Dunia Antarklub: PSG vs Inter Miami, Messi Siap Tuntaskan Dendam Lama
![]() |
Foto: Lionel Messi saat latihan bersama para pemain Inter Miami, (Reuters). |
INDOTIMES.id, Jakarta - Laga babak 16 besar Piala Dunia Antarklub antara Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Miami bukan sekadar pertandingan, melainkan panggung reuni emosional para legenda Barcelona yang dibalut memori manis dan luka lama.
Lionel Messi, Luis Suarez, Jordi Alba, dan Sergio Busquets bersatu kembali di bawah komando Javier Mascherano, menghadapi mantan pelatih mereka di Barcelona, Luis Enrique, yang kini menukangi PSG.
Pertandingan yang digelar pada Minggu ini menjadi bentrokan dua era berbeda: PSG yang tengah bergairah dengan para bintang muda seperti Bradley Barcola, Desire Doue, dan Vitinha, berhadapan dengan skuad Inter Miami yang dihuni para legenda sepak bola Eropa yang kini berada di fase akhir karier mereka.
Aroma Dendam "Remontada"
Pertarungan ini juga sarat sejarah. Para pemain Miami menjadi bagian dari momen ikonik "Remontada" Barcelona pada 2017, ketika mereka menghancurkan PSG 6-1 di Camp Nou usai tertinggal 0-4 di leg pertama Liga Champions. Sebuah trauma mendalam bagi PSG yang masih terngiang hingga kini.
Kini, para mantan pahlawan Barcelona mengandalkan memori dan insting, sementara PSG yang segar baru saja menjuarai Liga Champions pertama mereka.
Namun, kekalahan 0-1 PSG dari Botafogo di babak penyisihan menimbulkan kekhawatiran akan kelelahan skuad setelah musim Eropa yang panjang.
Messi: Dendam Pribadi di Atas Lapangan
Bagi Messi, laga ini juga menjadi ajang pembuktian pribadi. Setelah dua tahun yang tak menyenangkan di Paris, ia kini ingin menyelesaikan ‘urusan yang belum selesai’.
“Saya tidak menikmati waktu saya di PSG. Itu masa yang sulit,” ungkap Messi awal tahun ini. Mascherano menambahkan, "Jika ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, Messi akan memberikan sedikit tambahan."
Suasana Emosional & Penuh Respek
Luis Suarez, yang kini berusia 38 tahun, menyebut Luis Enrique sebagai pelatih yang memberinya "suntikan DNA kompetitif tambahan".
Jordi Alba pun menyatakan, "Saya akan memeluknya sebelum pertandingan, tapi setelah peluit awal, kami akan berusaha mengalahkannya," ucapnya.
Mascherano pun mengakui, “Merupakan suatu kehormatan menghadapi salah satu pelatih terbaik dalam karier saya.”
Meski di atas kertas PSG difavoritkan, laga ini jauh dari bisa ditebak. Ini bukan sekadar perebutan tiket perempat final, melainkan juga panggung nostalgia, dendam, dan pembuktian para legenda. (Red)