Anna Wintour Mundur dari American Vogue? Apa Alasan dan Strategi di Baliknya?
![]() |
Foto: Anna Wintour, (Istimewa) |
INDOTIMES.id, New York — Setelah 37 tahun memimpin American Vogue, ikon industri mode global Anna Wintour akhirnya mengumumkan langkah mengejutkan: mencari kepala konten editorial baru untuk menggantikannya di posisi harian majalah mode paling berpengaruh itu. Pengumuman ini disampaikan langsung Wintour dalam rapat staf pada Kamis (26/6/2025), menandai transisi besar dalam kepemimpinan editorial Vogue.
Namun, pengunduran diri ini bukan berarti akhir dari peran Wintour di Vogue—justru sebaliknya. Langkah ini disebut sebagai bentuk pergeseran peran strategis, menyusul semakin luasnya tanggung jawab Wintour dalam memimpin berbagai judul di bawah payung Condé Nast, termasuk Vogue internasional, Vanity Fair, GQ, dan Wired.
“Kini kesenangan terbesar saya adalah membimbing generasi editor berikutnya dengan ide-ide segar dan perspektif baru mengenai perusahaan media besar,” ujar Wintour, seperti dikutip oleh Business of Fashion.
Fokus ke Peran Global
Dalam struktur baru, kepala konten editorial American Vogue akan melapor langsung kepada Wintour, yang tetap menjabat sebagai Direktur Editorial Global Vogue dan Kepala Konten Condé Nast.
Menurut CEO Condé Nast, Roger Lynch, Wintour sudah lama merangkap tiga pekerjaan sejak 2020 dan mundur dari operasional harian Vogue Amerika akan memungkinkannya lebih fokus ke seluruh portofolio media yang lebih luas.
“Ini keputusan yang masuk akal untuk memberi ruang pada peran globalnya,” kata Lynch kepada Wall Street Journal.
Isyarat Suksesi?
Meskipun Wintour masih akan berada di pucuk pimpinan Condé Nast, pengunduran diri dari Vogue Amerika memunculkan spekulasi soal rencana suksesi jangka panjang, mengingat usianya yang kini menginjak 75 tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, Wintour justru memperkuat posisinya setelah melewati berbagai tekanan, termasuk isu keberagaman di awal 2020-an.
Warisan Ikonik
Wintour bergabung dengan American Vogue pada 1988 setelah sebelumnya menjadi editor British Vogue.
Sampul edisi pertamanya yang menampilkan model mengenakan kombinasi couture dan jeans menciptakan gebrakan baru dalam definisi mode kelas atas. Di bawah kepemimpinannya, Vogue juga mengubah wajah industri: dari era supermodel, grunge, hingga dominasi selebritas seperti Madonna, Oprah, hingga Kim Kardashian.
Namanya makin dikenal luas lewat film legendaris The Devil Wears Prada—dianggap terinspirasi dari dirinya, dan dokumenter The September Issue.
Ia juga menjadi otak di balik transformasi Met Gala menjadi ajang mode paling glamor di dunia, menyatukan dunia seni, budaya, dan selebritas dalam satu malam spektakuler.
Langkah Strategis Lain
Salah satu manuver terbaru Wintour adalah memilih Mark Guiducci sebagai pemimpin redaksi baru Vanity Fair, menggantikan Radhika Jones. Guiducci, mantan editor Vogue yang dikenal dekat dengan Wintour, akan memulai tugasnya per 30 Juni sebagai direktur editorial global Vanity Fair. (Red)