Trump Tuduh Ukraina Tak Berterima Kasih, Zelensky Tegaskan: “Kami Sangat Menghargai Dukungan AS”
![]() |
| Foto: Istimewa |
INDOTIMES.id, Washington Dc – Ketegangan diplomatik muncul antara Amerika Serikat dan Ukraina setelah Presiden AS Donald Trump menuding Kyiv tidak tahu berterima kasih atas upaya Washington dalam mengakhiri perang dengan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa negaranya sangat menghargai bantuan Amerika Serikat, termasuk dukungan dari Trump.
Pernyataan Trump disampaikan setelah Zelensky menolak rencana perdamaian 28 poin yang diusulkan AS. Rencana tersebut dinilai terlalu menguntungkan Moskow, termasuk tuntutan agar Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya.
Dalam postingan di Truth Social pada Minggu (23/11), Trump mengeklaim kepemimpinan Ukraina “tidak mengungkapkan rasa terima kasih sama sekali”, meskipun AS terus mengirimkan pasokan senjata ke Kyiv.
“KEPEMIMPINAN UKRAINA TIDAK MENGUNGKAPKAN RASA TERIMA KASIH ATAS UPAYA-UPAYA KITA,” tulis Trump dengan huruf kapital. Ia juga menyoroti Eropa yang tetap membeli minyak Rusia, sementara AS menjual banyak senjata kepada NATO untuk dikirimkan ke Ukraina.
Trump kembali menyalahkan mantan Presiden Joe Biden atas meletusnya perang Rusia-Ukraina, yang menurutnya seharusnya bisa dicegah. “Saya mewarisi perang yang seharusnya tidak pernah terjadi, perang yang merugikan semua orang,” ujarnya.
Zelensky Balik Menegaskan Rasa Terima Kasih
Tak lama setelah tuduhan itu muncul, Zelensky merespons melalui Telegram. Ia menegaskan Ukraina sangat berterima kasih kepada rakyat AS dan kepada Trump secara pribadi.
“Ukraina berterima kasih kepada Amerika Serikat, kepada setiap warga Amerika, dan khususnya kepada Presiden Trump atas bantuan, yang dimulai dengan Javelin, yang telah menyelamatkan nyawa warga kami,” ujar Zelensky.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada negara-negara Eropa, G7, dan G20 atas dukungan mereka. Zelensky menekankan bahwa setiap langkah menuju perdamaian harus dilakukan dengan hati-hati agar perang dapat benar-benar berakhir dan tidak terulang.
Pertemuan di Jenewa Bahas Rencana Damai
Di tengah perselisihan pernyataan ini, pejabat Ukraina, AS, dan Eropa bertemu di Jenewa pada Minggu (23/11) untuk membahas lebih lanjut rencana perdamaian tersebut.
Zelensky sebelumnya menolak proposal AS karena dinilai memberikan “pilihan yang sangat sulit” bagi Kyiv. Dalam rencana itu, Ukraina diminta menyerahkan sebagian wilayah timur kepada Rusia, mengurangi kekuatan militernya, serta berjanji tidak akan bergabung dengan NATO.
Trump bahkan memberikan batas waktu hingga 27 November bagi Zelensky untuk menerima rencana perdamaian tersebut. (A17)

